Tuesday 3 February 2015

Naik Gunung, Jalan yang Mendaki lagi Sukar



            Dalam kebiasaan orang yang suka naik gunung, biasanya mereka setelah mencapai puncak gunung mereka akan berjalan menuruni puncak gunung tersebut. Berangkat dari filosofi itulah hendaknya kita jangan pernah merasa bahwa saat ini kita sudah berada di puncak, baik itu puncak kesuksesan puncak cita – cita, puncak perjuangan ataupun puncak – puncak lainnya. Karena bila kita merasa sudah di puncak kita akan mulai bergerak menjauhi apa yang hendak kita tuju seperti filosofi orang yang sudah naik .
            Sebagai bangsa kitapun di tuntut pantang untuk merasa demikian, karena memang sejatinya perjuangan itu terus menerus dan tanpa akhir. Walaupun bangsa ini sudah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 tapi itu hanya sebatas jembatan emas yang menjadi penghubung untuk mencapai kesejahteraan khalayak ramai. Seperti kata salah satu faunding father Ir. Sukarno dalam salah satu pidatonya “... ayo bangsa Indonesia dengan jiwa yang berseri – seri, ayo berjalan terus berjuang terus, revolusimu berlum selesai....”.
            Dari pernyataan itupun mengindikasikan bawasanya generasi kita yang hidup di zaman sekarang ini memiliki tanggung jawab moral untuk melanjutkan titah perjuangan yang sudah di mulai lebih dulu oleh para pendahulu – pendahulu kita. Melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan dari mereka semua. Dan kita sebagai pemuda sesungguhnya memiliki tanggung jawab yang lebih besar, karena memang spirit kita yang masih berkobar – kobar. Dan sejarahpun telah membuktikan bahwasanya yang menggoreskan tinta revolusi adalah mereka para pemuda – pemuda, mereka yang sudah tersadarkan dan tergugah jiwanya. Mereka yang memiliki cita cita besar untuk mengangkat harkat dan martabat hidup rakyat bukan zombie – zombie yang kebanyakan ada pada hari ini yang hidup selayaknya manusia tapi tidak memiliki jiwa. Bukan pula mereka – mereka para intelektual mekanik yang hidup bak robot – robot mesin industri kapitalis.
             Apalagi di tengah keadaan tatanan masyarakat yang seperti saat ini, dimana manusia sudah mulai kehilangan alamat kemanusiaannya, alamat cintanya, alamat spriritualnya dan alamat - alamat lainnya. Di tengah keadaan kecarut marutan dan tingkat kompleksitas masalah yang sangat berat. Itu sangat butuh uluran tangan – tangan juang kita. Tangan – tangan juang para pemuda – pemuda. Para pemuda – pemuda yang memiliki kualitas spiritual kuat, yang selalu mendidik dirinya untuk senantiasa mencoba bermanfaat untuk orang lain. Life’s must persistent, what are you doing for others ?. Pemuda seperti itulah kiranya yang bisa menjadi harapan bangsa.
            Dan Tuhan sejatinya telah menciptakan segala sesuatu secara berpasang – pasangan. Ada siang ada malam, ada baik ada buruk, dan kebaikan akan di berikan pada mereka yang berbuat baik, dan azab akan di berikan pada mereka yang berbuat dzalim. Teruslah berbuat baik meskipun memang dalam perjalannya sering menemui kepaitan dan kesulitan tapi sesungguhnya itulah yang akan membuat kalian kuat dan tegar dalam menghadapi berbagai guncangan.
            Sepertinya Allah pun tidak akan membiarkan kalian tetap  berada dalam kesulitan itu untuk mereka – mereka yang sedang berusaha untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Everything is a test, sejatinya baik kesulitan atau kemudahan yang datang kepada kita sejatinya hanyalah test untuk menguji ketaatan kita.
            Seperti halnya yang sudah di jelaskan dalam kisah Nabi Ibrahim saat beliau di perintahkan untuk menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail, seorang anak yang sudah sangat di nantikannya. Dan ini memang seolah menjadi ujian yang sangat nyata dan berat untuk mereka. Akan tetapi mereka termasuk manusia pilihan dan sejarah telah membuktikan ketaatannya sehingga saat pedang Nabi Ibrahim hendak di tebaskan ke putranya Nabi Ismail, Allah S.W.T menghendaki Nabi Ismail di ganti dengan seekor domba. Seperti itulah kiranya perlakuan Allah S.W.T pada ciptaan-Nya yang senantiasa sabar dan berjiwa besar dalam menjalankan segala perintah-Nya.
            Kalau anda sebagai pemuda sudah memiliki kualitas kesadaran, ketaatan dan kepedulian seperti itu jangan pernah berhenti meskipun berat, seperti saat kita naik gunung saat malam hari hanya untuk mengejar sebuah sunrise, meskipun kadang gelap dan jalan yang kita tempuh merupakan jalan yang mendaki lagi sukar. InsyaAllah nanti akan menemui hasilnya tanpa kalian memintanya dan bilama kalian sudah ikhlas menjalankannya, sunrise yang kita nanti pasti akan datang, cahaya penuh harapan pasti akan muncul. Dan jangan pernah merasa kesepian di atas jalan kebenaran karena sedikitnya orang yang berada berada di sana seperti kata khalifah Ali bin Abi Thalib. Jadilah pejuang pejuang tanpa akhir. Buktikan bahwa generasi kita saat ini pantas melanjutkan perjuangan generasi generasi sebelumnya. Dan janganlah pernah mebebankan beban sejarah kepada generasi setelah kita.
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Komunitas Gali Softskill (GOKILL)
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top