Dalam
kebiasaan orang yang suka naik gunung, biasanya mereka setelah mencapai puncak
gunung mereka akan berjalan menuruni puncak gunung tersebut. Berangkat dari
filosofi itulah hendaknya kita jangan pernah merasa bahwa saat ini kita sudah
berada di puncak, baik itu puncak kesuksesan puncak cita – cita, puncak
perjuangan ataupun puncak – puncak lainnya. Karena bila kita merasa sudah di
puncak kita akan mulai bergerak menjauhi apa yang hendak kita tuju seperti
filosofi orang yang sudah naik .
Sebagai
bangsa kitapun di tuntut pantang untuk merasa demikian, karena memang sejatinya
perjuangan itu terus menerus dan tanpa akhir. Walaupun bangsa ini sudah merdeka
pada tanggal 17 Agustus 1945 tapi itu hanya sebatas jembatan emas yang menjadi
penghubung untuk mencapai kesejahteraan khalayak ramai. Seperti kata salah satu
faunding father Ir. Sukarno dalam salah
satu pidatonya “... ayo bangsa Indonesia dengan jiwa yang berseri – seri, ayo
berjalan terus berjuang terus, revolusimu berlum selesai....”.
Dari
pernyataan itupun mengindikasikan bawasanya generasi kita yang hidup di zaman
sekarang ini memiliki tanggung jawab moral untuk melanjutkan titah perjuangan
yang sudah di mulai lebih dulu oleh para pendahulu – pendahulu kita.
Melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan dari mereka semua. Dan kita sebagai
pemuda sesungguhnya memiliki tanggung jawab yang lebih besar, karena memang
spirit kita yang masih berkobar – kobar. Dan sejarahpun telah membuktikan
bahwasanya yang menggoreskan tinta revolusi adalah mereka para pemuda – pemuda,
mereka yang sudah tersadarkan dan tergugah jiwanya. Mereka yang memiliki cita
cita besar untuk mengangkat harkat dan martabat hidup rakyat bukan zombie –
zombie yang kebanyakan ada pada hari ini yang hidup selayaknya manusia tapi
tidak memiliki jiwa. Bukan pula mereka – mereka para intelektual mekanik yang
hidup bak robot – robot mesin industri kapitalis.
Apalagi di tengah keadaan tatanan masyarakat
yang seperti saat ini, dimana manusia sudah mulai kehilangan alamat
kemanusiaannya, alamat cintanya, alamat spriritualnya dan alamat - alamat
lainnya. Di tengah keadaan kecarut marutan dan tingkat kompleksitas masalah
yang sangat berat. Itu sangat butuh uluran tangan – tangan juang kita. Tangan –
tangan juang para pemuda – pemuda. Para pemuda – pemuda yang memiliki kualitas
spiritual kuat, yang selalu mendidik dirinya untuk senantiasa mencoba
bermanfaat untuk orang lain. Life’s must
persistent, what are you doing for others ?. Pemuda seperti itulah kiranya
yang bisa menjadi harapan bangsa.
Dan
Tuhan sejatinya telah menciptakan segala sesuatu secara berpasang – pasangan.
Ada siang ada malam, ada baik ada buruk, dan kebaikan akan di berikan pada
mereka yang berbuat baik, dan azab akan di berikan pada mereka yang berbuat
dzalim. Teruslah berbuat baik meskipun memang dalam perjalannya sering menemui
kepaitan dan kesulitan tapi sesungguhnya itulah yang akan membuat kalian kuat
dan tegar dalam menghadapi berbagai guncangan.
Sepertinya
Allah pun tidak akan membiarkan kalian tetap berada dalam kesulitan itu untuk mereka –
mereka yang sedang berusaha untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Everything is a test,
sejatinya baik kesulitan atau kemudahan yang datang kepada kita sejatinya
hanyalah test untuk menguji ketaatan kita.
Seperti
halnya yang sudah di jelaskan dalam kisah Nabi Ibrahim saat beliau di perintahkan
untuk menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail, seorang anak yang sudah
sangat di nantikannya. Dan ini memang seolah menjadi ujian yang sangat nyata
dan berat untuk mereka. Akan tetapi mereka termasuk manusia pilihan dan sejarah
telah membuktikan ketaatannya sehingga saat pedang Nabi Ibrahim hendak di
tebaskan ke putranya Nabi Ismail, Allah S.W.T menghendaki Nabi Ismail di ganti
dengan seekor domba. Seperti itulah kiranya perlakuan Allah S.W.T pada ciptaan-Nya yang senantiasa sabar dan berjiwa besar dalam
menjalankan segala perintah-Nya.
Kalau
anda sebagai pemuda sudah memiliki kualitas kesadaran, ketaatan dan kepedulian
seperti itu jangan pernah berhenti meskipun berat, seperti saat kita naik
gunung saat malam hari hanya untuk mengejar sebuah sunrise, meskipun kadang gelap dan jalan yang kita tempuh merupakan
jalan yang mendaki lagi sukar. InsyaAllah nanti akan menemui hasilnya tanpa
kalian memintanya dan bilama kalian sudah ikhlas menjalankannya, sunrise yang
kita nanti pasti akan datang, cahaya penuh harapan pasti akan muncul. Dan
jangan pernah merasa kesepian di atas jalan kebenaran karena sedikitnya orang
yang berada berada di sana seperti kata khalifah Ali bin Abi Thalib. Jadilah
pejuang pejuang tanpa akhir. Buktikan bahwa generasi kita saat ini pantas
melanjutkan perjuangan generasi generasi sebelumnya. Dan janganlah pernah
mebebankan beban sejarah kepada generasi setelah kita.
0 comments